BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Salah satu fungsi manajerial yang sangat
penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll),
karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva
lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan
persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing,
dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan
diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang
rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang
tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Berkaitan dengan kondisi di
atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan
maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan
pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai
persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam
spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat
terjamin (tidak terganggu).
1.2.Perumusan
Masalah
a.
Apakah
pengertian persediaan ?
b.
Apakah fungsi
persediaan ?
c.
Apa saja
jenis-jenis persediaan ?
d.
Bagaimanakah
penilaian persediaan ?
1.3.Tujuan
Penulisan
a.
Mengetahui
pengertian persediaan
b.
Mengetahui apa
saja fungsi dari persediaan
c.
Mengetahui jenis-jenis
persediaan
d.
Mengetahui apa
saja sistem periodik dan perpetual dari penilaian persediaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Persediaan
Persediaan
menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah suatu aktiva yang
meliputibarang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu
periode usaha yangnormal atau persediaan barang baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu prosesproduksi. Sedangkan menurut Freddy Rangkuty
(2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usahatertentu , atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaanpabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang, sertaselanjutnya menyampaikan pada pelanggan atau konsumen.
Persediaan memungkinkan produk-produk yang dihasilkan pada tempat yang
jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah.Dengan adanya persediaan produksi
tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi atau sebaliknya tidak perlu
dikonsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Adapun alasan diperlukannya
persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169)
adalahsebagai berikut:
1.
Dibutuhkannya
waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk darisatu
tingkat proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2.
Alasan
organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul
operasinyasecara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
2.2. Fungsi
Persediaan
Persediaan belakangan ini
dirasakan semakin diperhatikan oleh perusahaan manufaktur. Hal itu dikarenakan
persediaan memberikan keuntungan bagi perusahaan, menurut Rangkuti (2004:1)
“Pada dasarnya Persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalanya
operasiperusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang, selanjutnya menyampaikan kepada langganan atau
konsumen.” Pernyataan tersebut merujuk pada fungsi persediaan yang tentunya
akan memberikan keuntungan bagi perusahaanyang menerapkanya. Adapun
fungsi-fungsi persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagaiberikut :
Menurut
Herjanto dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Produksi dan Operasi”
(2007:238) memasukan beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan
dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1.
Menghilangkan
risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yangdibutuhkan
perusahaan.
2.
Menghilangkan
risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3.
Menghilangkan
risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.4.
4.
Untuk menyimpan
bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaantidak akan
kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.
5.
Mendapatkan
keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantitydiscounts).
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
tersedianya barang yang diperlukan.
Menurut
Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul “ Manajemen Persediaan, Aplikasi di
Bidang Bisnis” (2004:14) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan adalah
sebagai berikut:
1.
Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaanlangganan tanpa tergantung pada suplayer.
Persediaan bahan mentah diadakan agara perusahaantidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.
2.
Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan
ataupotongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan
sebagainya. Hal inidisebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar,dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena
besarnya persediaan (biaya sewa gudang,investasi, risiko,dan sebagainya).
3.
Fungsi
Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dandiramalkan berdasar pengalaman atau
data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam halini perusahaan dapat
mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Disamping itu,perusahaan
juga sering menghadapi ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan
permintaanakan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan
memerlukan persediaanekstra yang disebut persediaan pengaman (safety
stock/inventories).
2.3. Jenis-jenis
Persediaan
Dilihat dari dari fungsinya persediaan
menurut Sofjan Assauri (2004:170) adalah sebagaiberikut:
1.
Batch Stock atau
Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeliatau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.Adapun keuntungan yang
diperoleh dari adanya Lot Size Inventory adalah sebagai
berikut:
a.
Memperoleh
potongan harga pada harga pembelian
b.
Memperoleh
efisiensi produksi (manufacturing economis) karena adanya operasi atau
“production run” yang lebih lama.
c.
Adanya
pengematan didalam biaya angkutan.
2.
Fluctuation
Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasipermintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan..
3. Anticipation stock adalah
persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasipermintaan yang dapat
diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satutahun dan untuk
menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Sedangkan persediaan
dilihat dari jenis atau posisi menurut Sofjan Assauri (2004:171 )dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku
( Raw Material stock) yaitu persediaan dari
barang-barangberwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat
diperoleh darisumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan
yang menghasilkanbahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
2. Persediaan bagian produk (Purchased
part ) yaitu persediaan barang-barang yang terdiridari part atau bagian
yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsungdiassembling
dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau
barang-barang perlengkapan (Supplies stock )yaitu persediaan barang-barang
atau bahan-bahan yang diperlikan dalam proses produksiuntuk membantu
berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatuperusaahan,
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang
dalam proses(work in process/progressstock) yaitu persediaan barang-barang yang
keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproseskembali untuk kemudian
menjadi barang jadi
5. Persediaan barang jadi (Finished goods stock)
yaitu barang-barang yang telah selesaidiproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk dijual kepada pelanggan atauperusahaan lain.
2.4. Penilaian
Persediaan
1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan
sistem perpetual yang
masing-masing
ada tiga
cara penilaian persediaan, yaitu:
a.
FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan
nilai perolehan persediaan
yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini
cenderung
menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.
b.
LIFO (Last In First Out),
masuk terakhir keluar pertama
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung
menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
c.
Metode Rata-rata (average method)
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara
nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor
2.
Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok
Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:
a.
Lower Cost of Market
Yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini
dapat diterapkan
dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok dari metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara
nilai pasar (replacement value) dan nilai perolehan
(cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit).
b.
Gross Profit Method
Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan,
misalnya karena
terjadi bencana
kebakaran
dan banjir. Dasar penilaian persediaannya adalah pada
persentase
laba
kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1)
mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan,
2)
menghitung
nilai harga pokok
penjualan
berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan
3)
menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan
c.
Retail Method
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilaii persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan
pendekatan ritel. Kemudian rasio yang diperoleh dikalikan dengan
persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran dapat dirumuskan sebagai berikut:
Persediaan akhir menurut harga pokok
Kasus Penilaian
Persediaan :
Tanggal
|
Keterangan
|
Kuantitas
|
Harga
|
2 Jan
|
Persediaan awal
|
200 unit
|
Rp. 9.000
|
10 Maret
|
Pembelian
|
300 unit
|
Rp.10.000
|
5
April
|
Penjualan
|
200 unit
|
Rp.15.000
|
7
Mei
|
Penjualan
|
100 unit
|
Rp.15.000
|
21 Sept
|
Pembelian
|
400 unit
|
Rp.11.000
|
18 Nov
|
Pembelian
|
100 unit
|
Rp.12.000
|
20 Nov
|
Penjualan
|
200 unit
|
Rp.17.000
|
10 Des
|
Penjualan
|
200 unit
|
Rp.18.000
|
a)
hitunglah nilai persediaan akhir (per 31 Desember 2001) sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average)!
b) Hitunglah harga pokok penjualan dan laba kotor!
Jawaban :
Persediaan Akhir
1.
|
Sistem Periodik
Persediaan
awal (2 Jan 2001)
|
200 unit
|
|
Pembelian
Barang tersedia untuk dijual Penjualan
Persediaan
akhir (31 Des 2001)
|
800 unit
1.000 unit
700 unit
300 unit
|
|
Barang tersedia untuk dijual:
|
|
Tanggal
|
Keterangan
|
Unit
|
Harga/unit
|
Total Harga
|
02/01
|
Persediaan awal
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
10/03
|
Pembelian
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
21/09
|
Pembelian
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
18/11
|
Pembelian
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
|
|
1.000
|
|
10.400.000
|
Tanggal
|
Unit
|
Harga/unit
|
Total
harga (Rp)
|
|
21/09
|
200
|
Rp.
|
11.000
|
2.200.000
|
18/11
|
100
|
Rp.
|
12.000
|
1.200.000
|
Jumlah
|
300
|
|
3.400.000
|
a)
FIFO (masuk pertama keluar) pertama) Persediaan akhir
b)
LIFO (masuk terakhir keluar pertama)
Persediaan
akhir
Tanggal
|
Unit
|
Harga/unit
|
Total harga (Rp)
|
02/01
|
200
|
Rp.
9.000
|
1.800.000
|
10/03
|
100
|
Rp.
10.000
|
1.000.000
|
Jumlah
|
300
|
|
2.800.000
|
c)
Rata-rata (average)
Harga
rata-rata per unit =
Rp. 10.400.000 / 1.000 unit
= Rp. 10.400
Persediaan akhir = 300 unit x Rp. 10.400
= Rp. 3.120.000
2. Sistem Perpetual
a.
FIFO (masuk pertama keluar pertama)
Tanggal
|
Pembelian
|
Harga
Pokok Penjualan
|
Persediaan
|
||||||
unit
|
Harga /unit
|
Total
harga
|
unit
|
Harga
/unit
|
Total harga
|
unit
|
Harga
/unit
|
Total
harga
|
|
02/01
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
10/03
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
|
05/04
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
07/05
|
-
|
-
|
-
|
100
|
10.000
|
1.000.000
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
21/09
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
18/11
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
|
20/11
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
|
10/12
|
-
|
-
|
-
|
200
|
11.000
|
2.200.000
|
200
|
11.000
|
2.200.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
||
Total
|
800
|
-
|
8.600.000
|
700
|
-
|
7.000.000
|
300
|
-
|
3.400.000
|
b.
LIFO (masuk terakhir keluar pertama)
Tanggal
|
Pembelian
|
Harga
Pokok Penjualan
|
Persediaan
|
||||||
unit
|
Harga /unit
|
Total
harga
|
unit
|
Harga
/unit
|
Total harga
|
unit
|
Harga
/unit
|
Total
harga
|
|
02/01
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
10/03
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
|
05/04
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.000
|
2.000.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
300
|
10.000
|
1.000.000
|
|
07/05
|
-
|
-
|
-
|
100
|
10.000
|
1.000.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
21/09
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
|
18/11
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
|
20/11
|
-
|
-
|
-
|
100
|
11.000
|
1.100.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
300
|
11.000
|
3.300.000
|
|
10/12
|
-
|
-
|
-
|
200
|
11.000
|
2.200.000
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100
|
11.000
|
1.100.000
|
||
Total
|
800
|
-
|
8.600.000
|
700
|
-
|
7.500.000
|
300
|
-
|
2.900.000
|
c.
Rata-rata (average)
Tanggal
|
Pembelian
|
Harga Pokok Penjualan
|
Persediaan
|
||||||
unit
|
Harga /unit
|
Total
harga
|
unit
|
Harga
/unit
|
Total harga
|
unit
|
Harga
/unit
|
Total
harga
|
|
02/01
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.000
|
1.800.000
|
10/03
|
300
|
10.000
|
3.000.000
|
-
|
-
|
-
|
500
|
9.600
|
4.800.000
|
05/04
|
-
|
-
|
-
|
200
|
9.600
|
1.920.000
|
300
|
9.600
|
2.880.000
|
07/05
|
-
|
-
|
-
|
100
|
9.600
|
1.960.000
|
200
|
9.600
|
1.920.000
|
21/09
|
400
|
11.000
|
4.400.000
|
-
|
-
|
-
|
600
|
10.530
|
6.320.000
|
18/11
|
100
|
12.000
|
1.200.000
|
-
|
-
|
-
|
700
|
10.740
|
7.520.000
|
20/11
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.740
|
2.148.000
|
500
|
10.740
|
5.372.000
|
10/12
|
-
|
-
|
-
|
200
|
10.740
|
2..148.000
|
300
|
10.740
|
3.224.000
|
Total
|
800
|
-
|
8.600.000
|
700
|
-
|
7.176.000
|
300
|
-
|
3.224.000
|
Harga Pokok Penjualan
1. Sistem Periodik
|
FIFO
|
LIFO
|
Rata-rata
|
Persediaan awal
|
1.800.000
|
1.800.000
|
1.800.000
|
Pembelian
|
8.600.000
|
8.600.000
|
8.600.000
|
Barang tersedia utk dijual
|
10.400.000
|
10.400.000
|
10.400.000
|
Persediaan akhir
|
(3.400.000)
|
(2.800.000)
|
(3.120.000)
|
Harga Pokok
penjualan
|
7.000.000
|
7.600.000
|
7.280.000
|
2. Sistem Perpetual
|
FIFO
|
LIFO
|
Rata-rata
|
Persediaan awal
|
1.800.000
|
1.800.000
|
1.800.000
|
Pembelian
|
8.600.000
|
8.600.000
|
8.600.000
|
Barang tersedia utk dijual
|
10.400.000
|
10.400.000
|
10.400.000
|
Persediaan akhir
|
(3.400.000)
|
(2.900.000)
|
(3.224.000)
|
Harga Pokok
penjualan
|
7.000.000
|
7.500.000
|
7.176.000
|
Penjualan
Tanggal
|
Unit
|
Harga/unit
|
Total harga (Rp)
|
|
05/04
|
200
|
Rp.
|
15.000
|
3.000.000
|
07/05
|
100
|
Rp.
|
15.000
|
1.500.000
|
20/11
|
200
|
Rp.
|
17.000
|
3.400.000
|
10/12
|
200
|
Rp.
|
18.000
|
3.600.000
|
Total
|
700
|
-
|
11.500.000
|
Laba
Kotor
1. Sistem Periodik
|
FIFO
|
LIFO
|
Rata-rata
|
Penjualan
|
11.500.000
|
11.500.000
|
11.500.000
|
Harga Pokok
Penjualan
|
(7.000.000)
|
(7.600.000)
|
(7.280.000)
|
Laba Kotor
|
4.500.000
|
3.900.000
|
4.220.000
|
2. Sistem Perpetual
|
FIFO
|
LIFO
|
Rata-rata
|
Penjualan
|
11.500.000
|
11.500.000
|
11.500.000
|
Harga Pokok
Penjualan
|
(7.000.000)
|
(7.500.000)
|
(7.176.000)
|
Laba Kotor
|
4.500.000
|
4.000.000
|
4.324.000
|
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi
semua barang yang dimiliki perusahaan
pada saat tertentu, dengan tujuan untuk
dijual atau dikonsumsi dalamsiklus operasi normal perusahaan. Aktiva
lain yang dimiliki perusahaan, tetapitidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak
termasuk dalam klasifikasi persediaan.Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang
menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan.Dengan gambaran
tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaanmanufaktur pada umumnya
mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1. Bahan
baku (direct material).
2. Barang
dalam proses (work in proses)
3.
Barang jadi (finished goods).
Metode yang dapat
digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu:
1. Metode Stock
Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2.
Metode Perpetual.
Masalah kepemilikan
barang dalam perjalanan (Goods in transit ) sangat tergantung dari
perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah(1) Fob Shipping Point dan(2)Fob Destination.Tidaksemua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan,misalnya
barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akandijual
untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlahkomisi
(consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknyauntuk
barang yang sifatnya consigment out , yang sampai dengan tanggal
neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca.Sistem pencatatan
(administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistemfisik/periodik
(periodic inventory system), berdasarkan sistem ini
persediaanditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.
Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem
ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan(mandatory
procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akandilaporkan dalam
laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagaidasar penentuan
nilai persediaan. Yang kedua, sistem perpetual (perpetualinventory system),
Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secarakonsisten, dengan
mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya
persediaan.Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow
approach)terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan
sistem perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan,
yaitu:
1.
FIFO
( First in First Out ), masuk pertama keluar pertama (MPKP), metode
inimenyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masukakan
dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilaidengan
nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).
2.
LIFO
( Last In First Out ), masuk terakhir keluar pertama (MTKP), metode
inimenyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akandijual
(digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dandilaporkan
berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama)masuk atau dibeli.
Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhiryang rendah dan
berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
3. Metode Rata-rata (average method ),
dengan menggunakan metode ini
nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metodeFIFO
dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilaiharga pokok
penjualan dan laba kotor.
Dalam
penilaian persediaan selain arus harga pokok ada tiga metode yangdigunakan,
yaitu:
1.
Lower Cost of Market,
yaitu metode harga terendah antara harga pokok danharga pasar. Metode ini dapat
diterapkan dalam kondisi persediaan tidaknormal, misalnya cacat, rusak dan
kadaluarsa.
2.
Gross Profit
Method, metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam
penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yangterkait
dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir.
3.
Retail Method,
metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih
dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran
Soal Pilihan Ganda Seminar
Manajemen Operasional
Data yang berhubungan dengan persediaan PT. Tunas Maju adalah sebagai berikut:
Tanggal
|
Keterangan
|
Kuantitas
|
Harga
|
1 Juli
|
Persediaan
awal
|
55
unit
|
Rp.320
|
8 Juli
|
Pembelian
|
25
unit
|
Rp.325
|
9 Juli
|
Penjualan
|
60
unit
|
Rp.400
|
13
Juli
|
Pembelian
|
40
unit
|
Rp.328
|
19
Juli
|
Penjualan
|
30
unit
|
Rp.600
|
23
Juli
|
Pembelian
|
50
unit
|
Rp.330
|
25
Juli
|
Penjualan
|
10
unit
|
Rp.620
|
1.
Berapakah nilai persediaan akhir menggunakan sistem
persediaan periodik ...
a.
Rp. 22.476 D.
Rp. 22.400
b.
Rp. 22.475 E. Rp. 22.000
c.
Rp. 22.477
2.
Berapakah harga pokok penjualan jika menggunakan sistem
persediaan periodik ...
a.
Rp. 25.000 D.
Rp. 34.000
b.
Rp. 40.000 E. Rp. 32.875
c.
Rp. 32.870
3.
Berapakah laba kotor jika menggunakan sistem persediaan
periodik ...
a.
Rp. 15.330 D. Rp. 17.000
b.
Rp. 15.335 E.
Rp. 16.000
c.
Rp. 15.440
4.
Berapakah harga pokok penjualan jika menggunakan sistem
persediaan perpetual ...
a.
Rp. 32.465 D. Rp. 32.477
b.
Rp. 32.000 E.
Rp. 32.550
c.
Rp. 32.466
5.
Berapakah laba kotor jika menggunakan sistem persediaan
periodik ...
a.
Rp. 5.766 D.
Rp. 5.725
b.
Rp. 5.745 E. Rp. 5.715
d.
Rp. 5.735
Thanka
ReplyDelete