Sunday, April 9, 2017

MAKALAH INVENTORY

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah  pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan  adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).
1.2.Perumusan Masalah
a.     Apakah pengertian persediaan ?
b.     Apakah fungsi persediaan ?
c.     Apa saja jenis-jenis persediaan ?
d.     Bagaimanakah penilaian persediaan ?
1.3.Tujuan Penulisan
a.     Mengetahui pengertian persediaan
b.     Mengetahui apa saja fungsi dari persediaan
c.     Mengetahui jenis-jenis persediaan
d.     Mengetahui apa saja sistem periodik dan perpetual dari penilaian persediaan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Persediaan
Persediaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah suatu aktiva yang meliputibarang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yangnormal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu prosesproduksi. Sedangkan menurut Freddy Rangkuty (2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usahatertentu , atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaanpabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, sertaselanjutnya menyampaikan pada pelanggan atau konsumen.
Persediaan memungkinkan produk-produk yang dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah.Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi atau sebaliknya tidak perlu dikonsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalahsebagai berikut:
1.     Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk darisatu tingkat proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2.     Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul operasinyasecara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.



2.2.  Fungsi Persediaan
Persediaan belakangan ini dirasakan semakin diperhatikan oleh perusahaan manufaktur. Hal itu dikarenakan persediaan memberikan keuntungan bagi perusahaan, menurut Rangkuti (2004:1) “Pada dasarnya Persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalanya operasiperusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, selanjutnya menyampaikan kepada langganan atau konsumen.” Pernyataan tersebut merujuk pada fungsi persediaan yang tentunya akan memberikan keuntungan bagi perusahaanyang menerapkanya. Adapun fungsi-fungsi persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagaiberikut :
Menurut Herjanto dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Produksi dan Operasi” (2007:238) memasukan beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1.     Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yangdibutuhkan perusahaan.
2.     Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3.     Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.4.
4.     Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaantidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.
5.     Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantitydiscounts).
6.     Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.
Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul “ Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis” (2004:14) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1.     Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaanlangganan tanpa tergantung pada suplayer. Persediaan bahan mentah diadakan agara perusahaantidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.
2.     Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan ataupotongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal inidisebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,investasi, risiko,dan sebagainya).
3.     Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dandiramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam halini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Disamping itu,perusahaan juga sering menghadapi ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan permintaanakan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaanekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/inventories).

2.3.  Jenis-jenis Persediaan
Dilihat dari dari fungsinya persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:170) adalah sebagaiberikut:
1.     Batch Stock atau Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeliatau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya  Lot Size Inventory adalah sebagai berikut:
a.     Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
b.     Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economis) karena adanya operasi atau “production run” yang lebih lama.
c.     Adanya pengematan didalam biaya angkutan.
2.     Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasipermintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan..
3.      Anticipation stock  adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasipermintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satutahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Sedangkan persediaan dilihat dari jenis atau posisi menurut Sofjan Assauri (2004:171 )dapat dibedakan sebagai berikut:
1.     Persediaan bahan baku ( Raw Material stock) yaitu persediaan dari barang-barangberwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh darisumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkanbahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
2.     Persediaan bagian produk (Purchased part ) yaitu persediaan barang-barang yang terdiridari part atau bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsungdiassembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3.     Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies stock )yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlikan dalam proses produksiuntuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatuperusaahan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4.     Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses(work in process/progressstock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproseskembali untuk kemudian menjadi barang jadi
5.     Persediaan barang jadi (Finished goods stock) yaitu barang-barang yang telah selesaidiproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atauperusahaan lain.

2.4.  Penilaian Persediaan
1.    Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik  dan  sistem  perpetual  yang  masing-masing  ada  tiga  cara  penilaian persediaan, yaitu:
a.     FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama

Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan  nilai  perolehan  persediaan  yang terakhir masuk (dibeli). Metode  ini  cenderung  menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.
b.    LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama

Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode  ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
c.     Metode Rata-rata (average method)

Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor
2.    Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok

Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:

a.     Lower Cost of Market

Yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok dari metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara  nilai  pasar (replacement value) dan nilai perolehan (cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit).
b.    Gross Profit Method

Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan,  misalnya  karena  terjadi  bencana  kebakaran  dan  banjir. Dasar  penilaian  persediaannya  adalah  pada  persentase  laba  kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1)        mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan,

2)        menghitung  nilai  harga  pokok  penjualan  berdasarkan  pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan
3)        menghitung    estimasi     nilai     persediaan    akhir dengan mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan
c.     Retail Method

Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilaii persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan  pendekatan ritel. Kemudian rasio yang diperoleh dikalikan dengan  persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran dapat dirumuskan sebagai berikut:






Persediaan akhir menurut harga pokok


Barang sedia dijual menurut harga pokok
=       Barang sedia dijual menurut harga eceran


X     Persediaan akhir menurut ecera



Kasus Penilaian Persediaan :

Tanggal
Keterangan
Kuantitas
Harga
2 Jan
Persediaan awal
200 unit
Rp. 9.000
10 Maret
Pembelian
300 unit
Rp.10.000
5 April
Penjualan
200 unit
Rp.15.000
7 Mei
Penjualan
100 unit
Rp.15.000
21 Sept
Pembelian
400 unit
Rp.11.000
18 Nov
Pembelian
100 unit
Rp.12.000
20 Nov
Penjualan
200 unit
Rp.17.000
10 Des
Penjualan
200 unit
Rp.18.000

a)    hitunglah nilai persediaan akhir (per 31 Desember 2001) sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average)!
b)    Hitunglah harga pokok penjualan dan laba kotor!

Jawaban :

Persediaan Akhir


1.
Sistem Periodik


Persediaan awal (2 Jan 2001)




200 unit

Pembelian
Barang tersedia untuk dijual Penjualan
Persediaan akhir (31 Des 2001)
           800 unit
1.000 unit
           700 unit
             300 unit


Barang tersedia untuk dijual:


Tanggal
Keterangan
Unit
Harga/unit
Total Harga
02/01
Persediaan awal
200
9.000
1.800.000
10/03
Pembelian
300
10.000
3.000.000
21/09
Pembelian
400
11.000
4.400.000
18/11
Pembelian
100
12.000
1.200.000


1.000

10.400.000

Tanggal
Unit
Harga/unit
Total harga (Rp)
21/09
200
Rp.
11.000
2.200.000
18/11
100
Rp.
12.000
1.200.000
Jumlah
300

3.400.000
a)    FIFO (masuk pertama keluar) pertama) Persediaan akhir
b)    LIFO (masuk terakhir keluar pertama)

Persediaan akhir

Tanggal
Unit
Harga/unit
Total harga (Rp)
02/01
200
Rp.  9.000
1.800.000
10/03
100
Rp.  10.000
1.000.000
Jumlah
300

2.800.000

c)    Rata-rata (average)
Harga rata-rata per unit              = Rp.  10.400.000 / 1.000 unit
= Rp.  10.400
Persediaan akhir                          = 300 unit x Rp. 10.400
= Rp.  3.120.000
2.    Sistem Perpetual
a.     FIFO (masuk pertama keluar pertama)

Tanggal
Pembelian
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
unit
Harga /unit
Total
harga
unit
Harga
/unit
Total harga
unit
Harga
/unit
Total
harga
02/01
-
-
-
-
-
-
200
9.000
1.800.000
10/03
300
10.000
3.000.000
-
-
-
200
9.000
1.800.000
-
-
-
-
-
-
300
10.000
3.000.000
05/04
-
-
-
200
9.000
1.800.000
300
10.000
3.000.000
07/05
-
-
-
100
10.000
1.000.000
200
10.000
2.000.000
21/09
400
11.000
4.400.000
-
-
-
200
10.000
2.000.000
18/11
100
12.000
1.200.000
-
-
-
200
10.000
2.000.000
-
-
-
-
-
-
400
11.000
4.400.000
-
-
-
-
-
-
100
12.000
1.200.000
20/11
-
-
-
200
10.000
2.000.000
400
11.000
4.400.000
-
-
-
-
-
-
100
12.000
1.200.000
10/12
-
-
-
200
11.000
2.200.000
200
11.000
2.200.000
-
-
-
-
-
100
12.000
1.200.000
Total
800
-
8.600.000
700
-
7.000.000
300
-
3.400.000




b.    LIFO (masuk terakhir keluar pertama)

Tanggal
Pembelian
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
unit
Harga /unit
Total
harga
unit
Harga
/unit
Total harga
unit
Harga
/unit
Total
harga
02/01
-
-
-
-
-
-
200
9.000
1.800.000
10/03
300
10.000
3.000.000
-
-
-
200
9.000
1.800.000
-
-
-
-
-
-
300
10.000
3.000.000
05/04
-
-
-
200
10.000
2.000.000
200
9.000
1.800.000
-
-
-
-
-
-
300
10.000
1.000.000
07/05
-
-
-
100
10.000
1.000.000
200
9.000
1.800.000
21/09
400
11.000
4.400.000
-
-
-
200
9.000
1.800.000
-
-
-
-
-
-
400
11.000
4.400.000
18/11
100
12.000
1.200.000
-
-
-
200
9.000
1.800.000
-
-
-
-
-
-
400
11.000
4.400.000
-
-
-
-
-
-
100
12.000
1.200.000
20/11
-
-
-
100
11.000
1.100.000
200
9.000
1.800.000
-
-
-
100
12.000
1.200.000
300
11.000
3.300.000
10/12
-
-
-
200
11.000
2.200.000
200
9.000
1.800.000
-
-
-
-
-
100
11.000
1.100.000
Total
800
-
8.600.000
700
-
7.500.000
300
-
2.900.000

c.     Rata-rata (average)
Tanggal
Pembelian
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
unit
Harga /unit
Total
harga
unit
Harga
/unit
Total harga
unit
Harga
/unit
Total
harga
02/01
-
-
-
-
-
-
200
9.000
1.800.000
10/03
300
10.000
3.000.000
-
-
-
500
9.600
4.800.000
05/04
-
-
-
200
9.600
1.920.000
300
9.600
2.880.000
07/05
-
-
-
100
9.600
1.960.000
200
9.600
1.920.000
21/09
400
11.000
4.400.000
-
-
-
600
10.530
6.320.000
18/11
100
12.000
1.200.000
-
-
-
700
10.740
7.520.000
20/11
-
-
-
200
10.740
2.148.000
500
10.740
5.372.000
10/12
-
-
-
200
10.740
2..148.000
300
10.740
3.224.000
Total
800
-
8.600.000
700
-
7.176.000
300
-
3.224.000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Pokok Penjualan

1.    Sistem Periodik

FIFO
LIFO
Rata-rata
Persediaan awal
1.800.000
1.800.000
1.800.000
Pembelian
8.600.000
8.600.000
8.600.000
Barang tersedia utk dijual
10.400.000
10.400.000
10.400.000
Persediaan akhir
(3.400.000)
(2.800.000)
(3.120.000)
Harga Pokok penjualan
7.000.000
7.600.000
7.280.000






2.    Sistem Perpetual


FIFO
LIFO
Rata-rata
Persediaan awal
1.800.000
1.800.000
1.800.000
Pembelian
8.600.000
8.600.000
8.600.000
Barang tersedia utk dijual
10.400.000
10.400.000
10.400.000
Persediaan akhir
(3.400.000)
(2.900.000)
(3.224.000)
Harga Pokok penjualan
7.000.000
7.500.000
7.176.000

Penjualan


Tanggal
Unit
Harga/unit
Total harga (Rp)
05/04
200
Rp.
15.000
3.000.000
07/05
100
Rp.
15.000
1.500.000
20/11
200
Rp.
17.000
3.400.000
10/12
200
Rp.
18.000
3.600.000
Total
700
-
11.500.000
Laba Kotor
1.    Sistem Periodik

FIFO
LIFO
Rata-rata
Penjualan
11.500.000
11.500.000
11.500.000
Harga Pokok Penjualan
(7.000.000)
(7.600.000)
(7.280.000)
Laba Kotor
4.500.000
3.900.000
4.220.000

2.    Sistem Perpetual

FIFO
LIFO
Rata-rata
Penjualan
11.500.000
11.500.000
11.500.000
Harga Pokok Penjualan
(7.000.000)
(7.500.000)
(7.176.000)
Laba Kotor
4.500.000
4.000.000
4.324.000



BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalamsiklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapitidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan.Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan.Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaanmanufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1.     Bahan baku (direct material).
2.     Barang dalam proses (work in proses)
3.     Barang jadi (finished goods).
Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu:
1.     Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2.     Metode Perpetual.
Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit ) sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah(1) Fob Shipping Point dan(2)Fob Destination.Tidaksemua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan,misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akandijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlahkomisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknyauntuk barang yang sifatnya consigment out , yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca.Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistemfisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaanditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.
Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan(mandatory procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akandilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagaidasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua, sistem perpetual (perpetualinventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secarakonsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan.Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach)terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:
1.     FIFO ( First in First Out ), masuk pertama keluar pertama (MPKP), metode inimenyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masukakan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilaidengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli).
2.     LIFO ( Last In First Out ), masuk terakhir keluar pertama (MTKP), metode inimenyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akandijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dandilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama)masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhiryang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
3.     Metode Rata-rata (average method ), dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metodeFIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilaiharga pokok penjualan dan laba kotor.
Dalam penilaian persediaan selain arus harga pokok ada tiga metode yangdigunakan, yaitu:
1.     Lower Cost of Market, yaitu metode harga terendah antara harga pokok danharga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidaknormal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa.
2.     Gross Profit Method, metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yangterkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir.
3.     Retail Method, metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran




















Soal Pilihan Ganda Seminar Manajemen Operasional

Data  yang berhubungan dengan persediaan PT. Tunas Maju adalah sebagai berikut:

Tanggal
Keterangan
Kuantitas
Harga
1 Juli
Persediaan awal
55 unit
Rp.320
8 Juli
Pembelian
25 unit
Rp.325
9 Juli
Penjualan
60 unit
Rp.400
13 Juli
Pembelian
40 unit
Rp.328
19 Juli
Penjualan
30 unit
Rp.600
23 Juli
Pembelian
50 unit
Rp.330
25 Juli
Penjualan
10 unit
Rp.620

1.     Berapakah nilai persediaan akhir menggunakan sistem persediaan periodik ...
a.   Rp. 22.476                                                       D. Rp. 22.400
b.   Rp. 22.475                                                       E. Rp. 22.000
c.   Rp. 22.477
2.     Berapakah harga pokok penjualan jika menggunakan sistem persediaan periodik ...
a.     Rp. 25.000                                                      D. Rp.  34.000
b.     Rp. 40.000                                                      E.  Rp. 32.875
c.     Rp. 32.870
3.      Berapakah laba kotor jika menggunakan sistem persediaan periodik ...
a.     Rp. 15.330                                                      D. Rp. 17.000
b.     Rp. 15.335                                                      E. Rp. 16.000
c.     Rp. 15.440
4.      Berapakah harga pokok penjualan jika menggunakan sistem persediaan perpetual ...
a.     Rp. 32.465                                                      D. Rp. 32.477
b.     Rp. 32.000                                                      E. Rp. 32.550
c.     Rp. 32.466
5.      Berapakah laba kotor jika menggunakan sistem persediaan periodik ...
a.      Rp. 5.766                                                      D. Rp. 5.725
b.      Rp. 5.745                                                      E. Rp. 5.715
d.     Rp. 5.735







1 comment: